Nippon dan Sayap yang Terluka

Mengingat Nippon seakan kembali merasakan bagaimana kekejaman mereka dahulu kepada bumi pertiwi ini.

Tapi itu dulu. Layakkah melupakannya sekarang? Saya tidak tahu.

Yang jelas pemahaman saya tentang Nippon hanya sampai sebatas literasi-literasi sejarah, Novel, dan juga film. Itupun tak banyak.

Setidaknya yang masih membekas sampai detik ini di benak saya seorang Haruki Murakami. Kurang lebih 3-4 tahun ini saya penunggu setia pengumuman Nobel Prize Literature dan lagi-lagi tahun 2016 ini prediksi LSI Denny JA mengunggulkan Haruki Murakami meleset. Ahh ingin rasanya mengganti lembaga survei yang lebih kredibel dan akurat!

Oppa

Jika ditugaskan untuk memahami Nippon, saya rasa akan berat untuk menjalaninya. Yang berat bukan ditugasnya. Tapi yang berat bagaimana menghapus memori pemahaman saya tentang Nippon.

Tapi jika dipaksa untuk memilih antara Nippon atau Koyuki Kato, akan berdosa sepertinya jika mengesampingkan wanita seperti Koyuki Kato ini haha.

Selamat menikmati
Selamat menikmati

Saya fikir dua sosok ini cukup menjadi dalih saya ketika menyebut Nippon.

.

.

.

Ijinkanlah saya untuk mengutip sepenggal puisi Charles Baudelaire sebagai bentuk apresiasi saya kepada emmak angel yang telah memberikan banyak buku berbahasa Prancis hari ini. Semoga buku-buku ini dapat meningkatkan derajat kehormatan saya di Makassar  karena selama ini saya terhina di Yogyakarta haha.

ENVIREZ-VOUS

Il faut être toujours ivre. Tout est là: c’est l’unique question. Pour ne pas sentir l’horrible fardeau du Temps qui brise vos épaules et vous penche vers la terre, il faut vous enivrer sans trêve.

Mais de quoi? De vin, de poésie, de vertu, à votre guise. Mais enivrez-vous.

Petits poèms en prose, XXXIII (1869).

Selat Malaka, 1437 hijriyah

3 pemikiran pada “Nippon dan Sayap yang Terluka

Tinggalkan komentar